12 September 2005

Cerita dari FKM UI # 2

Sudah lebih dari 15 tahun yang lalu program S1-4 dimulai di FKM UI. Beberapa dosen yang pernah mengajar kami sudah tiada, mereka adalah pak Hertonobroto, pak PMH Sinaga, dan pak Fahmi D. Saifuddin. Semuanya adalah pengajar spesial di mata kami.

Pak Hertonobroto adalah sosok sederhana yang menjadi sosok ideal pengajar di kelas. Jarang sekali beliau tidak datang pada jadwal perkuliahannya. Semua bahan sudah disiapkannya sebelum masuk ke dalam kelas. Iapun mengajar dengan sabar sesuai dengan kemampuan siswanya.

Pak Sinaga adalah sosok pengajar yang bersemangat dalam mengajar, dalam aksen bahasanya yang khas dari Sumatera Utara. Kawan-kawan kami yang kebetulan berasal daerah yang sama tidaklah dapat menyaingi gaya bicaranya yang kental.

Pak Fahmi D. Saifuddin, adalah sosok yang sangat istimewa. Dengan kesederhanaan dan pandangan-pandangan hidupnya, ia memberi warna pada saya pribadi. Suatu sore, di Masjid UI, saya berjumpa dengan beliau seusai shalat Maghrib. Walau ia sudah penat seharian mengajar di FKM UI, ia masih menyempatkan diri memberikan wejangan-wejangannya pada saya. Padahal saya bukan siapa-siapa, hanya seorang mahasiswa 'bau kencur' yang bukan siapa-siapa beliau. Saya hanya salah satu dari ratusan mahasiswa yang beliau ajar.

Sore itu, ia mengobarkan semangat pada saya dengan kata-katanya yang lembut namun tajam. Tanpa nada menyombongkan diri, beliau bercerita bahwa dirinya pertama kali menjadi dekan FKM UI pada usia 30-an. Umur yang tidak berbeda terlalu jauh dengan usia saya waktu itu. Maksud perkataan beliau adalah bahwa kalau kita mau melakukan sesuatu, dan ikhlas melakukannya, maka pasti ada jalannya.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai Dekan, beliau kemudian ikut berkiprah di kantor Menko Kesra. Saya pernah 'sowan' pada beliau di kantornya itu untuk meminta arahannya pada pilihan profesi saya kelak setelah lulus dari FKM UI.

Kebetulan jalan hidup menentukan bahwa pasangan hidup saya adalah salah seorang kerabat beliau. Ketika beliau saya minta menjadi saksi pernikahan saya, walaupun sangat sibuk, beliau menyempatkan diri untuk menghadiri, menyaksikan, dan menandatangani buku nikah saya dan istri.

Pada masa-masa akhir kehidupannya, walaupun sakit, beliau tidak ingin sakitnya diketahui banyak orang. Kolega-kolega di FKM UI sangat mengharapkan beliau dapat memperoleh gelar Doktor dari Universitas Indonesia. Namun sayang, belum sempat niat baik itu terlaksana, beliau sudah dipanggil Allah kembali ke haribaanNya.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

www.2jump2.com/x.php?a3 I Know what I Like, and I like it, Have a Laugh on me

6:06 am  
Anonymous Anonymous said...

www.2jump2.com/x.php?a3 I Know what I Like, and I like it, Have a Laugh on me

5:01 pm  

Post a Comment

<< Home